Pages

Rabu, 03 April 2013

Atheis Berdebat dengan Ulama

   Baca artikel soal fisika yang cenderung kepada paham Atheis jadi keingatan sama kisah Ulama besar zaman dulu yang debat dengan penganut Atheis. Logika dilawan sama logika. Saya mau berbagi kisah tersebut sama sobat. Buat yang sudah pernah dengar nih kisah, tolong jangan ngebata ya? :-)
Dahulu kala hiduplah seorang kakek tua.. halah, salah! Maksudnya, dahulu kala ada kaum Atheis yang dengan lantang dan berani menyatakan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada peran Tuhan dibelakang kejadiannya. Banyak ulama kala itu yang berusaha menyadarkan tapi emang dasar ndableg, penganut atheis tetap aja pada pendiriannya. Yang ada malah ulama tersebut dibata. Hingga tibalah suatu saat dimana seorang Ulama terkemuka datang menantang debat terbuka. Bukan cuma gayung bersambut, tapi ember dan bak juga ikut nyambut, maka dengan PD-nya penganut Atheis menerima tantangan itu. "You tentukan tempat and waktunya, I pasti datang!" Begitulah kurang lebih perkataan si penganut Atheis.
Tibalah hari yang dinanti-nanti. Semua sudah berkumpul ditempat yang sudah disepakati. Atheiser (Maksudnya penganut Atheis . Maksa banget nggak sih?) sudah naik panggung, dan masyarakat yang mau menyaksikan sudah berdesakan.. ini mau konser apa mau debat ya? Sejam berlalu..dua jam berlalu..tapi sang ulama tidak juga keliatan batang hidungnya. Penonton resah, Atheiser tersenyum sumringah. Mungkin dalam hatinya dia bergumam, "Nih orang titelnya aja ulama, tapi soal nepatin janji nggak beda sama partai yang suka ngebohong." Ini mungkin, loh?
Atheiser sudah mau mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa ulama ini tidak akan datang dan itu berarti dia dianggap kalah debat. Atheiser maju ke depan. Dengan penuh percaya diri dia akan menyampaikan keputusan kemenangannya, ... tapi tunggu,..tunggu! Itu sang Ulama datang! Diiringi dengan sedikit ungkapan kekecewaan dari para penonton, ulama berjalan pasti menghampiri panggung.
Setiba diatas panggung, cemoohan belum juga berhenti. Apalagi bagi Atheiser, ini kesempatan buat ngejatuhin mental ulama. Sang ulama memberikan alasan keterlambatannya, kurang lebih begini, "Tenang..tenang..Sabar dong. Orang sabar disayang Tuhan loh. Kecuali orang atheis, dia kan nggak percaya Tuhan!" Kemudian dia melanjutkan pembelaannya, "Begini loh, saya kan orang seberang. Kalau mau kesini harus naik getek (perahu kecil), eh tumben-tumbenan nih hari tuh getek nggak ada. Saya pikir jangan-jangan tukang geteknya pergi nonton debat nih hari. Kalau di sini ada tukang getek yang biasa mangkal dipojokan kali sana, kalau mau nggak narik kasih tau dong jauh-jauh hari biar saya bisa sewa getek orang lain."
Terus orang-orang bertanya, "Terus bagaimana ulama bisa sampai ke sini?" 
Ulama menjawab, "Wuih, ajaib banget dah!""Masa pas saya kebingungan cari cara supaya bisa nyebrang, tau-tau di depan saya ada papan kayu yang hanyut. Papannya berhenti. Terus papan yang lain nyusul. Berhenti juga di depan saya. Datang lagi, dan begitu juga. Berulang-ulang, hingga papannya terjajar rapih. Terus datang tali panjang. Eh, talinya ngikat tuh papan-papan yang ada dan jadilah sebuah getek.  Saya pun nyebrang pakai tuh getek." Ulama mengakhirinya dengan senyum.
Mendengar alasan ulama yang benar-benar nggak masuk akal, Atheis ketawa dan dengan sinis dia berkata, "Wah, dikau emang benar-benar tukang bohong ya? Ngambil titel ulama di Universitas mana sih? Jangan-jangan ijazahnya bodong nih?"  
"Loh emang kenapa?! Nggak percaya?!" Ulama bertanya keheranan.

"Ya iyalah saya nggak percaya! Mana ada papan dan tali yang bisa ngerakit getek dengan sendirinya. waduh..waduh..kalau sampeyan mau ngebohong mbok ya jangan sampai ketahuan toh?!" Sahut Atheiser ketus.
"He..he..kalau situ nggak percaya kalau ada papan bisa berjejer sendiri terus bisa ngerakit dirinya sendiri jadi getek berarti situ masih sehat, mas. Tapi saya heran ya, kalau yang cetek gini aja situ nggak percaya terus kenapa situ yakin sekali kalau alam semesta ini terjadi dengan sendirinya. Padahal kan alam semesta ini jauh lebih rumit dari sekedar papan dan tali yang bisa ngerakit sendiri. Kenapa tuh mas?" Tanpa disadari Atheiser, Sang ulama telah melakukan serangan mematikan dalam arena debat ini.
Atheiser  bengong mendengar ucapan ulama barusan. Atheiser jadi salting, Keki, Ruwet ndak karuan, rasanya mau kabur aja. Cabuuttt..!
Penonton bersorak, "Atheiser TS mau kabur, gan. Hayooo..kita bata rame-rame!"

Amalan Agar Dicintai Allah


ALANGKAH indah dan bahagianya hidup, bila kita telah dicintai oleh
Allah dan disayangi pula oleh seluruh makhluk di dunia ini. Maknanya sebelum
kita menikmati surga di akhirat, di dunia ini pun kita sudah bisa merasakannya.
"Hidup adalah surga," ujar Drs H.M Arifin Ilham dalam salah satu judul
tulisannya. Lalu amalan apa yang bisa melesatkan kita kepada kemuliaan seperti
itu?



Pada suatu hari kilah Imam Ali AS ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW dan berkata: "Ajarilah aku suatu amalan yang membuat aku
dicintai oleh Allah, dicintai oleh para mahluk, Allah memperbanyak hartaku,
menyehatkan badanku, memanjangkan umurku dan membangkitkan aku di mahsyar
bersamu." Subhanallah, satu pertanyaan yang juga merupakan pertanyaan kita
bukan?



Rasulullah SAW kemudian menjawab: "Permintaanmu yang enam perkara itu
memerlukan enam perkara yang lainnya yaitu: Bila engkau ingin dicintai Allah,
takutlah kepada-Nya dan bertakwalah. Bila engkau ingin dicintai para mahluk,
berbuat baiklah kepada mereka, dan jangan berharap sesuatu dari yang mereka
miliki. Dan bila engkau ingin diperkaya dalam harta, maka zakatilah harta
bendamu. Bila engkau ingin disehatkan badan mu, maka perbanyaklah sedekah. Dan
bila engkau ingin diperpanjang umur mu, maka bersilaturrahmilah kepada kaum
kerabat mu. Bila engkau ingin dikumpulkan bersama ku dipadang mahsyar, maka
perpanjanglah sujudmu kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa." (Buku
Kisah-Kisah Pembawa Berkah disusun Haidar Bagir).



Diantara ciri orang yang taqwa ialah selalu merasa diawasi Allah, merasa
bersama Allah dan merasa disaksikan Allah. Contoh sederhana. Bagi orang yang
berpuasa, dimanapun ia berada entah di tempat ramai atau di tempat yang sangat
sepi, dia tidak akan mau makan dan minum kalau sebelum waktunya.



Rasulullah SAW bersabda: "Sayangilah mahluk yang dibumi, niscaya Anda akan
dikasihi oleh Zat yang dilangit." Bayangkan, gara-gara menolong seekor lalat
yang mengapung di atas cairan tinta, imam Ghazali diberi rahmat oleh Allah SWT.
Demikian mimpi yang dialami oleh salah seorang sahabatnya, ketika penulis buku
Ihya Ulumuddin itu wafat. Dan Nabi SAW bersabda "Sebaik-baik manusia ialah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya."



Seorang lelaki yang tidak banyak amal syariatnya, sebelum meninggal sudah
diperkenalkan Nabi SAW kepada para sahabatnya sebagai salah seorang calon
penghuni surga, lantaran dalam hatinya tidak ada rasa hasad atau dengki, dan
tidak pula pernah mencerca atau menggunjing orang lain.



Diantara fadhilah zakat ialah menyuburkan, membersihkan dan melindungi
harta benda dan jiwa kita. Dengan mengeluarkan zakat, maka daki-daki rohani
kita menjadi bersih. Karena maknanya kita sudah tidak menahan lagi hak fakir
miskin atau golongan yang berhak menerimanya. Bukankah setiap penerima zakat
selalu mengucapkan hamdalah (zikrullah) serta mendoakan kita. Berarti kita
telah menggiring seseorang untuk zikrullah.



Orang yang gemar bersedekah maknanya ia meniru salah satu sifat Tuhan,
yaitu Maha Pemberi Rezeki. Pantaslah kalau orang dermawan usianya "panjang" dan
keberadaannya dimanapun membawa berkah. Jangankan dunia flora dan fauna, para
malaikat pun setiap pagi selalu mendoakannya. Agar pengikutnya senang
bersedekah, maka banyak sekali hadis Rasulullah SAW yang menerangkan tentang
keutamaan sedekah itu. Antara lain beliau bersabda: "Lindungi harta Anda dengan
zakat, obati sakitmu dengan sedekah dan hadapi gelombang hidup dengan doa dan
tawadhu."



Setiap salat dimulai dengan mengucapkan kalimat Takbir, Allahu Akbar
hablumminallah dan di akhiri dengan salam, hablumminannas. Artinya kita selain
bersilaturrahmi dengan Allah, juga berkasih sayang terhadap sesama manusia.
Sehingga Rasulullah SAW, menjanjikan: "Siapa yang senang dipanjangkan umurnya
dan dimurahkan rezekinya, hendaklah ia senang bersilaturrahmi." Sebaliknya
beliau mengancam orang yang senang memutuskan silaturrahmi: "Rahmat Allah tidak
akan turun pada satu kaum, dimana didalamnya terdapat orang yang senang
memutuskan silaturrahmi." Sedangkan kita tahu, bahwa seorang muslim hanya bisa
masuk surga bukan lantaran amalnya tetapi hanya semata-mata karena rahmat Allah
SWT saja.



Seorang pelayan setia Rasulullah SAW ketika satu waktu ditawari sesuatu
oleh beliau ia menjawab: "Aku ingin bersamamu di surga." Bagaimana jawaban
Rasul mulia itu? "Kalau begitu bantulah aku dengan memperbanyak sujud."
Maksudnya agar ia memperbanyak salat-salat nafilahnya. Sebab amal yang pertama
di periksa kelak di akhirat ialah salat. Kalau salatnya sempurna, maka amal
ibadah lainnya akan baik pula. Sedangkan kita sendiri sudah bisa merasakan
bagaimana kualitas salat fardhu kita. Sangat jauh dari sempurna. Teramat sulit
untuk khusyuk walaupun separoh dari waktu salat kita itu. Nah, fungsi
salat-salat nafilah itu adalah untuk menutupi kekurangan pada salat wajib kita.
Wallahualam.**


Sumber: Pontianak Post

Kisah Sedekah Ali bin Abi Thalib


 Sepulang dari rumah Rasulullah saw, Imam Ali bin Abi Thalib menemui istri tercintanya, Fatimah az-Zahra
“wahai wanita mulia, apakah engkau mempunyai makanan unutk suamimu?”
“Demi Allah, aku tidak mempunyai sesuatu” jawab Fatimah ini ada enam dirham dari Salman ketika aku memintal. Akan aku belikan makanan untuk Hasan dan Husain.”
“Biar aku saja yang beli. Mana uang itu?”
            Fatimah segera menyerahkan enam dirham kepada Ali. Sesaat kemudian Ali pergi kembali untuk membeli makanan. Ditengah jalan, Ali bertemu seorang laki-laki yang mengatakan,”Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan selalu menepati janji ?”
            Tanpa pikir panjang, Ali menyerahkan enam dirham kepada laki-laki itu. Lalu ia pulang dengan tangan hampa. Fatimah yang mengetahui kehadirannya, hanya menangis.
            “Wahai wanita mulia, mengapa menangis?”
            “Wahai, suamiku, engkau telah pulang tanpa membawa sesuatu?”
            “Wahai wanita mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah.”
            “Kalau begitu, sungguh aku mendukung perbuatanmu.”
            Ali kemudian keluar rumah lagi, berniat menemui Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia dihampiri oleh seorang badui yang menuntun unta.
            “Hai, Aba al-Hasan,”sapa Badui itu.”Belilah unta ini.”
            “Aku tidak mempunyai uang,” jawab Ali.
            “Engkau bisa membayarnya kapan saja.”
            “Berapa ?” tanya Ali berminat.
            “Tidak mahal, seratus dirham.”
            “Baiklah, aku beli,” kata Ali yang kemudian melanjutkan perjalannya sambil menuntun unta. Baru beberapa langkah ia berjalan kaki, seorang badui lain menghampirinya.
            “Hai Abu Hasan,”tegur Badui itu, “apakah unta ini akan engkau jual?”
            “Ya.”
            “Berapa?”
            “Tiga ratus dirham.”
            “Baiklah aku beli,” Badui itu mengambil alih tali unta dan membayarnya kontan tiga ratus dirham.
Selanjutnya Alisegera pulang mengabarkan peristiwa yang baru dialaminya itu kepada Fatimah.
            “Apakah yang engkau bawa itu, wahai Abu Hasan?” sambut Fatimah
            Selanjutnya Ali segera menemui nabi Muhammad saw. Melihat Ali memasuki masjid, Rasulullah saw tersenyum.
            “Hai Abu Hasan, kau yang bercerita atau aku yang bercerita?”
            “Enagkau saja yang bercerita, wahai Rasulullah.”
            “Hai, Abu Hasan, tahulah engkau, siapa badui yang menjual unta dan badui yang membeli unta tadi
            “Tidak,” Ali menggeleng, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu.”
            “Berbahagialah kamu. Kamu telah meminjamkan enam dirham kepada Allah. Allah memberimu tiga ratus dirham. Tiap satu dirham mendapatkan ganti lima puluh dirham,” papar Rasulullah saw.”Badui yang pertama menemuimu itu Jibril, dan yang kedua itu Mikail.”
Itulah sepenggal cerita dari banyaknya balasan dari Allah melalui sedekah. Dari kisah balasan berkah, bebas dari hutang padahal lagi susah, menyembuhkan penyakit, menolak bencana, hingga membuka pintu surga. Pada intinya dapat balasan dari Nya, walaupun niat anda tanpa tertuju kepadaNya tapi balasanNya juga berbeda. Misal : dia muslim atau nonmuslim tapi niat sedekahnya bukan karenaNya dapat balasan juga dariNya hanya untuk didunia saja. Alangkah indahnya, bila kita sebagai muslim sejati bersedekah dengan niat Ikhlas kepada Allah swt, balasan nya di dapat di dunia dan di akhirat.
Dari sekilas cerita diatas, ,”Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan selalu menepati janji ?”. Kata “meminjam” disini dipakai oleh Sang Maha Kaya dari semesta alam ini kepada umatnya, subhanallah. Padahal kita ciptaanNya meminjamkan kepadaNya.
 Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al Baqarah: 245) Inilah suatu ujian apakah kita sebagai Muslim sejati mau berkorban di jalanNya dan mendapat balasan berlipat-lipat.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261).
            Bersegeralah melaksanakan sedekah dari harta yang diperoleh sebelum habis masa waktu yang diberikan olehNya. Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang lalim. (QS. Al Baqarah: 254)
            Dan bersegeralah menjadi orang yang bertakwa kepadaNya. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Al Imran: 133-134).

Pemilik Hati

Si Pemilik Hati

Wahai si pemilik hatiku...
Sadarilah kita Cinta itu satu amanah.Ia bukan hak mutlak kita.Tidak wajar untuk kita jadikan amanah untuk memusnahkan atau memungkiri amanah yang lain.

Kita hamba ciptaan Allah yang dijadikan berpasang-pasangan.Kita hanya meminjam anugerah Allah itu namun bila tiba masanya kita pasti akan pulangkan.

Cinta yang hakiki datangnya dari Allah Azza Wa Jalla semata-mata.bila ...aku adalah cinta yang kau dambakan selama ini,maka cintailah Allah lebih dari diriku..kasihilah Allah lebih dari segala-galanya kerana hidup dan matimu hanyalah bersama-Nya..

Ya Rabb,..

Bila dia memang baik untukku,agamaku,masa depan dunia dan akhiratku,bisa membimbing dan membawaku lebih dekat pada-Mu..Maka dekatkanlah diriku dgnnya & satukanlah kami dalam pernikahan yg sakinah,mawaddah,warrahmah..

Tapi kalau bukan dia yg terbaik,Maka jangan biarkan kekagumanku menjadi suka apalagi cinta,Jadikanlah kekaguman ku seperti orang lain kagum padanya,Engkaulah Maha membolak-balikkan hati..Maka kutitipkan rasa ini,kuserahkan semuanya pada-Mu,karna semua ini adalah milik-Mu..Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Sedekah tidak berbalik?

Sering saya berpikir mengapa sedekah saya kok tidak berbalik dalam bentuk yang saya inginkan...

Ternyata ada beberapa hal yang membuat hal-hal seperti ini terjadi.

Yang pertama. Apakah anda sudah kaya?

Ya. Apakah anda kaya?

Apa pertanda orang yang kaya? Orang tersebut memiliki harta tapi tidak terikat dengan harta tersebut, tapi orang itu menganggap harta sebagai 'budak' untuk dirinya. Bukan sebaliknya.

Selanjutnya, orang kaya adalah orang yang tidak memiliki tanggungan orang lain. Misalnya hutang uang...

Anda tidak akan dianggap kaya seandainya anda masih memiliki hutang. Anda dianggap kaya kalau anda meminjamkan uang ke orang lain. Yaitu, Anda melakukan yang kebalikan dari berhutang.

Lihatlah Allah SWT. Dia Maha Kaya. Mengapa dia bisa disebut Dzat Yang Maha Kaya? Karena Dia memiliki semua yang ada di antara langit dan bumi (alam semesta), dia memberikannya, dan meminjamkannya kepada kita --manusia-- untuk diolah (itulah kenapa kita disebut khalifah), tanpa meminta imbalan apa-apa dari kita.

Anda mau tidak sholat, anda mau tidak zakat, anda mau tidak beribadah, toh dia masih memberi anda udara, sinar matahari, air, dsb...

Allah Maha Kaya, dan dia Maha Dermawan.

Dan ingat...

Allah tidak berhutang apapun sama kita.

Apa artinya sedekah? Sedekah menunjukkan kalau anda kaya. Sedekah adalah sinyal dari anda ke Allah SWT, yang menyatakan 'anda kaya'. Anda kaya kalau anda memberikan apa yang anda miliki ke siapapun dan anda tidak menginginkan apapun dari siapa yang anda beri. Sedekah adalah tanda kalau anda memiliki sesuatu sangat banyak dan berlimpah, sehingga anda sangat dermawan ke siapapun.

Dalam hal ini, konteks kekayaan tidak hanya berarti uang, tapi bisa kekayaan buku, kekayaan ilmu dan kekayaan yang lainnya.

Zakat, di lain pihak adalah kewajiban. Kaya atau tidak kaya anda wajib berzakat, jika anda memiliki harta kekayaan yang seukuran dengan nishab. Ini bukan merupakan tanda anda kaya.
Hukumnya wajib, jika tidak dilakukan berdosa (ada ganjaran hukumannya)

Sedangkan hutang, sebagaimana yang anda tahu, jika anda mati syahid, dan anda masih menanggung hutang... menurut Rasulullah SAW, anda tidak akan dapat masuk surga. Lihat hadist dari Nabi kita.

Lihat bagaimana besar efek hutang pada diri anda.

Yang saya yakini, Allah memiliki kode-kode hukum di alam semesta ini yang menyatakan beberapa hal sehingga alam semesta ini dapat berjalan dengan sedemikian rupa.

Allah, Zat Yang Maha Mengatur, mengatur keberlimpahan apapun di dunia ini. Dia memiliki segalanya dan mengatur segalanya supaya berjalan semestinya dengan hukum-hukumnya.

Jika hutang dapat menghambat seorang mati syahid dari surga, apalagi efeknya dengan rezeki anda di dunia. Padahal mati syahid sendiri adalah tingkat tertinggi, dan sangat diinginkan sahabat-sahabat zaman Nabi. Mati syahid imbalannya surga... eh tapi gara-gara hutang, berapapun jumlahnya, siapapun tidak dapat memasuki surga.

Apa yang saya alami, ketika saya sedekah ini dan itu, saya yakin kalau sedekah saya ini akan berbalas 10x lipat.

Sedekah tergantung niat anda... Jika anda berniat untuk mendapat uang kembali, pasti anda dapat.

(Saya akan coba curhat tentang ini, banyak orang mengatakan sedekah jangan meminta, sedekah jangan berharap... ternyata tidak lho, lihat posting blog saya nanti)

Tapi, seperti yang saya alami, tidak begitu ketika saya sedang berhutang.

Jika sedekah saya niatkan untuk mendapatkan uang untuk membeli barang ini dan itu (kesenangan) dan bukannya berniat untuk membayar hutang, saya belum pernah mendapat balasan yang 10x lipat itu.

Kenapa?

Jiwa saya masih miskin...

Dan saya tidak menginginkan menuju ke peningkatan, menuju ke kemuliaan.

Begini, walau saya sudah sedekah, saya tetap tidak beranjak ke kondisi lebih baik seandainya saya sudah mendapat 10x lipat balasan dari Allah. Sebab saya tidak ada niatan untuk melunasi hutang. Saya masih tetap miskin.

Allah, Zat Yang Memuliakan, dan Dia Dzat Yang Maha Mulia selalu menginginkan kondisi yang menuju ke arah peningkatan, menuju ke arah kemuliaan. Coba lihat alam semesta ini, Allah selalu mengatur alam semesta untuk menuju ke keadaan terbaik bukan?

Kecuali jika Allah sudah menentukan waktu kiamat. Tapi sekarang sih belum waktunya.

Kembali ke benang merah, hutang menempatkan anda pada posisi miskin, dan tebak, anda tidak mengalami peningkatan kondisi ke arah lebih baik, jika sedekah anda, anda niatkan untuk mendapatkan kesenangan saja (memenuhi keinginan anda), anda masih tetap tidak menuju ke kemuliaan. Bukannya tidak boleh anda mendapat keinginan anda yang lain itu, akan tetapi, anda masih berada dalam derajat tidak mulia. Tidak ada peningkatan.

Yang sebaiknya anda lakukan ketika berhutang, dan saya sedang melakukannya, adalah jadikanlah diri anda mulia, jadikanlah diri anda lebih kaya, jadikanlah diri anda lebih baik dengan melunasi hutang anda sedikit demi sedikit. Dan niatkan sedekah untuk mendapatkan uang untuk melunasi hutang. Saya yakin anda pasti bisa melunasi hutang anda.

Setelah itu, setelah hutang anda lunas semua. Anda bisa mempraktekkan apa yang dikatakan ustad Yusuf Mansur. Sedekahlah sepuas-puasnya untuk mendapatkan 10x lipat balasan.

Karena apa? Anda sudah terbebas dari hutang, artinya anda sudah pada tingkatan mulia... Anda bisa meningkatkan kemuliaan anda sampai yang anda inginkan dengan bersedekah. Tidak ada batasan untuk Allah SWT untuk menentukan seberapa besar kemuliaan anda, karena Dia adalah Dzat Yang Sangat Berkuasa.

Itulah sedikit curhat saya, saya sangat senang meneliti bagaimana hukum-hukum Allah ini bekerja... Saya sering membaca testimonial uswatun hasanah di wisatahati.com atau kisah-kisah lain, dan menelaah Al-Qur'an berkenaan dengan kehidupan yang saya alami, kesulitan yang saya alami.

Jangan lupakan dunia demi mengejar akherat, sebab karena dunia anda dapat akherat.

Saya harap ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan semua yang mengalami masalah yang sama.